Assalamu'alaikum wr.wb.

Selamat datang di web "Al Maawardiy". disini akan Saya suguhkan bacaan-bacaan mengenai seputar dunia islam, semoga bisa jadi manfaat yang sangat berarti bagi seluruh pembaca yang dimuliakan Allah SWT.

Kamis, 16 Agustus 2012

Syekh Ahmad Shohibul Wafa' Tadjul 'Arifin (ABAH ANOM)

Pada tahun 1983, Abah ke haji bersama keluarga, bersamanya juga Drs Ustaz Yusuf Hamzah. Ada satu kejadian aneh berlaku di dalam Masjidil Haram, dimana serajin-rajin manusia yang menunaikan haji dan umrah akan tercegak dan tercenggang mendengarkannya.

Dikisahkan kepada kami oleh Almarhum Pak Kurnia, bahawa satu ketika bila Abah sudah selesai menunaikan tawaf dan sa'i, tiba-tiba masuk ke pekarangan Masjid seorang lelaki yang berjubah yang sangat berwibawa, dirinya penuh dengan kehaibatan, sehingga hampir semua yang memandangnya akan pasti berdiri tercegak, beliau ini seolah-olah memiliki besi berani yang luar biasa di mana ada di antara yang sedang tawaf pun berdiri tegak tidak berjalan kerana ingin melihat lelaki berjubah ini. Orangnya tinggi sedikit dari kadar kebiasaan orang Arab, tetapi yang sangat menghairankan, beliau seolah-olah 'memukau' semua yang melihatnya, dan siapa sahaja yang melihatnya ingin sungguh mengetahui apa yang nak dilakukannya.

Lelaki berjubah ini sebaik sahaja masuk masjid dan menarik perhatian jamaah Al-Haram, beliau menuju langsung ke Abah sehingga orang-orang di keliling Abah terpaku memerhatikannya. Sebaik sahaja lelaki ini berhadapan dengan Abah, beliau memberi salam sambil berkata dalam bahasa Arab yang bermaksud : 'Aku menyerahkan umatku kepada mu sekarang,' lalu Abah menjawab dalam bahasa Arab 'Saya terima', kemudian beliau menghulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Abah dan beliau juga bersalaman dengan pengiring Abah ketika itu ( berkemungkinan : Drs Ustaz Yusuf Hamzah ) . Kemudian lelaki ini meninggalkan tempat itu dan tiada seorang pun berani mendekatinya kerana pancaran kehebatannya. Orang ramai yang melihat detik tersebut mula mengunjungi Abah untuk bersalaman, sehingga boleh dikatakan hampir tercipta tarikan dan rebutan manusia kedua selepas Hajar Aswad. Dalam suasana dilema yang penuh dengan pertanyaan, pengiring Abah tadi bertanya kepada Abah : Siapa beliau tadi ya Abah ? Abah menjawab : Ya mungkin saja Alkhidir alaihis salam

Selepas Haji dan Ziarah Nabi s.a.w, Abah bersama keluarga terus melakukan Ziarah Kubra ke Iraq menziarahi Tuan Sheikh Abdul Qodir Jailani. Ada kejadian aneh juga berlaku ketika itu, ketika sedang rancak berzikir di sisi maqam Tuan Sheikh, anak Abah yang sudah mempunyai ketinggian rohaninya ketika itu dipanggil orang 'Kang Aji'- beliau melihat bintang-bintang di langit berjatuhan dengan banyaknya dan semua yang jatuh itu- jatuh ke tubuh Abah sehingga seketika tubuh Abah bercahaya dengan terang benderang.

'Semoga Allah , membangun umat ini dengan wira-wiraNya sehingga menjadi contoh teladan kepada yang lain bahawa agama bukan hanya teks, hafalan dan amal tetapi juga kewujudan Rijal'

Sumber : Ustaz Mohamad Ghouse Blog

Tarekat adalah Benteng Terakhir Nahdatul Ulama

 
KH Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau yang akrab disapa Habib Luthfi adalah pemimpin perkumpulan tarekatdalam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (Jatman) saat ini 
 
MEREKA yang belajar thariqah(Tarekat Mu'thabaroh) secara sungguh-sungguh dan istiqomah serta penuh khidmat kepada Guru Mursyidnya, maka hatinya akan bersih. Kejujuran selalu mengemuka. Setiap tutur kata yang keluar dari mulut disertai kesantunan. Tak ada niat buruk apalagi menyakiti.
Kemunculan thariqah, dikutip dari profil thariqah An-Nahdliyah, mulai ada sejak zaman Nabi Muhammad. Segala perilaku kehidupan nabi saat itu menjadi dasar praktik kehidupan rohani para pengamal thariqah. Turun temurun dilakukan hingga sekarang ini. An-Nahdliyah merupakan badan otonom Nahdatul Ulama (NU) di Kaltim.Thariqah atau tarekat hakekatnya merupakan ilmu untuk mengetahui hal ihwalnya nafsu dan sifat-sifatnya. Mana yang tercela kemudian dijauhi dan ditinggalkan. Mana yang terpuji kemudian diamalkan. Dalam pengertian lain, tarekat adalah laku tertentu bagi seseorang untuk menempuh jalan menuju Tuhan. Menapaki setapak demi setapak dan naik ke tempat-tempat mulia.Di 1957, Nahdatul Ulama membentuk organisasi tarekat di Magelang, Jawa Tengah. Tokoh pendirinya antara lain KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, KH Idham Cholid, KH Masykur, KH Muslih, dan KH Nawawi. Saat itu ilmu tarekat sudah ada dan alirannya telah berkembang. Di Indonesia, tarekat sudah ada sejak penyebaran Islam oleh Wali Sanga. Hingga kini telah berkembang menjadi 43 aliran.
“Kalau dijelaskan kapan tarekat masuk ke Indonesia, ya sejak Islam masuk, yang membawanya Wali Sanga. Sedangkan untuk organisasinya di Kaltim baru masuk pada tahun 1980-an. Fungsi organisasinya yakni menghimpun, membina, dan mengorganisasi aliran-aliran yang ada ini,” tutur Syahruddin Tarmidji, Ketua Thariqah An-Nahdliyah, kepada Kaltim Post, Jumat (10/8) lalu.
Untuk di Kaltim, kata Syahruddin, sedikitnya ada delapan aliran tarekat. Tersebar di seluruh kabupaten/kota. Tarekat Naqsyabandiah merupakan aliran yang paling luas penyebarannya. Selain itu ada tarekat Qodiriah. Kemudian ada penggabungannya yakni tarekat Qodiriah wa Naqsabandiyah. Masing-masing memiliki amalan tersendiri dari para gurunya.
“Masih banyak lagi aliran tarekat. Tarekat sendiri bukan organisasi. Tetapi berupa paguyuban bahkan perorangan. Semua berdasarkan apa yang diajarkan rasul Muhammad. Mereka yang ingin masuk ke tarekat harus melalui baiat,” ujarnya.
Baiat dijelaskan Syahruddin dalam arti sebuah janji dan komitmen. Seseorang yang masuk tarekat harus mampu melaksakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Salat lima waktu dan berpuasa adalah hal yang pokok.
“Akhirnya, karena hanya ikut-ikutan saja, banyak sempalan-sempalan. Merasa kalau sudah dibaiat itu tidak perlu lagi salat. Hanya mengincar keuntungan pribadi. Misal harus membayar ketika dibaiat. Padahal tidak ada yang namanya membayar kalau mau masuk tarekat,” tuturnya.
Kata Syahruddin, sempalan-sempalan ini yang membahayakan masyarakat. Padahal tujuan tarekat sendiri untuk membersihkan hati pada diri seseorang. Sehingga dalam setiap perkataan dan perilakunya harus sesuai dengan apa yang diamalkan Nabi Muhammad.
“Banyak yang menganggap kalau masuk tarekat sudah dijamin masuk surga. Wah, kacau kalau begitu,” lanjutnya.
Pengaruh tarekat di Kaltim sebutnya sudah menjadi hal yang luar biasa. Organisasi tarekat selama ini memang belum melakukan pendataan berapa jumlah pengikut mereka. Namun diperkirakan puluhan ribu orang, termasuk pejabat dan pengusaha kaya.
“Dahulu orang-orang berduit mencari ketenangan jiwa dengan cara jalan-jalan ke luar negeri. Ternyata jiwanya belum tenang. Lambat laun mereka pun sadar, dengan berzikir, salawat kepada nabi, bisa membantu ketenangan jiwa. Dari sini banyak golongan pejabat dan orang-orang itu yang mengamalkan amalan tarekat,” ujarnya.
Seseorang yang mampu mengamalkan ilmu tarekat tidak mencurigai seseorang tanpa dasar yang kuat. Kebenaran harus ada. Sehingga dampaknya ialah kedamaian. “Kalau semua orang mampu mengamalkannya, damailah dunia ini,” ujarnya.

Peran tarekat dalam sebuah masyarakat diungkapkan Syahruddin sungguh besar. Meski di Kaltim belum terlihat, namun secara tidak langsung mengubah cara hidup seseorang yang mengamalkannya. Lain halnya yang sudah dilakukan sebuah pondok pesantren yang ada di Jawa Barat*. Pesantren yang juga mengurus dan merehabilitasi para pecandu narkoba.(*Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,Jawa Barat selaku pusat Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah PP.Suryalaya juga mengkoordinir bidang Inabah yaitu pondok yang dikhususkan untuk rehabilitasi pecandu Narkoba yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan beberapa provinsi serta di mancanegara yakni di Singapura dan Malaysia,ket. oleh dokumen pemuda tqn suryalaya)

“Saya pernah berkunjung dan menginap di sana. Melihat bagaimana narkoba benar-benar merusak generasi muda. Ini yang saat ini kami perjuangkan. Salah satunya melalui MUI (Majelis Ulama Indonesia),” ujarnya yang kini juga menjadi pengurus di MUI Kaltim.
Perkembangan tarekat di Kaltim ternyata banyak mengalami kendala. Salah satunya dan utama yakni faktor geografis. Jalan-jalan trans Kaltim yang rusak menjadikan mobilitas dalam penyebaran tarekat terhambat. Meski setiap kabupaten/kota hingga kecamatan, pengurusnya sudah terbentuk.
“Tarekat menjadi benteng terakhir di NU. Menjadi tempat pembentukan akhlak manusia. Jangan sampai generasi muda Indonesia rusak. Apalagi dalam perkembangan informasi yang terbuka dan bebas ini, remaja menjadi lebih berani dalam berbuat maksiat. Narkoba menjadi ancaman serius. Kalau tidak segera diberantas, maka 10 tahun lagi generasi muda bisa rusak. Padahal lewat mereka Indonesia bisa maju dan berkembang,” ungkapnya. (rdh/wan)


Ditulis ulang oleh Dokumen Pemuda TQN Suryalaya
Sumber : Kaltim Post http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=144272

TAUBAT DALAM THAREQAT

  1. Taubat dari dosa besar.
  2. Taubat dari dosa kecil.
  3. Taubat dari hal-hal yang makhruh.
  4. Taubat dari perbuatan yang tercela/kurang baik.
  5. Taubat dari anggapan bahwa dirinya sudah benar/baik.
  6. Taubat dari anggapan bahwa dirinya kekasih Allah.
  7. Taubat dari perasaan bahwa taubatnya sudah benar.
  8. Taubat dari segala kehendaj hati yang tidak diridhoi Allah.
  9. Taubat dari Lalai dalam mengingat Allah sedetikpun.
sumber : Kitab Minnahus Saniyyah oleh Syekh Abdul Wahab Asy Sya'rani

29 ADAB DALAM BERDZIKIR












A. 5 Adab Sebelum Berdzikir
  1. Taubat dari segala maksiat.
  2. Mandi bagi yang berhadats besar, berwudhu bagi yang berhadats kecil.
  3. Tatkala akan mulai berdzikir, rasakan bahwa Allah ada bersama kita.
  4. Menyadari bahwasanya ada Mursyid didekat kita.
  5. Mengi'tikadkan bahwasanya Mursyid adalah penyambung atau penerus Rasulullah.
B. 12 Adab Saat Berdzikir
  1. Duduk di tempat yang bersih, dengan posisi susuk salam sholat atau dengan posisi duduk bersila.
  2. Merentangkan kedua tangan diatas kedua paha.
  3. Menggunakan wangi-wangian.
  4. Menggunakan pakaian yang baik-baik, sopan dan halal.
  5. Memilih tempat atau ruangan yang tidak terlalu terang (redup).
  6. Memejamkan kedua mata.
  7. Menghadirkan atau membayangi Mursyid pada saat berdzikir.
  8. Istiqomah dan benar dalam berdzikir pada saat berjamaah maupun pada saat dzikir sendirian.
  9. Ikhlas dalam berdzikir, hanya kepada Allah yang dimaksud
  10. Menggunakan kalimah dzikir yang tepat, kalimah yang paling dianjurkan adalah kalimah Tauhid "LAA ILLAAHA ILLALLAHU".
  11. Pada saat berdzikir, hendaklah menghadirkan makna dari kalimah dzikir tersebut.
  12. Menafikan atau meniadakan sesuatu apapun selain Allah pada saat berdzikir.
C. 3 Adab Selesai berdzikir
  1. Berdiam sejenak, hadirkan dan jeritkan dalam hati hanya Allah untuk merasakan datangnya warid.
  2. Hendaklah menenangkan nafas sejenak, namun hati tetap kontak kepada Allah.
  3. Menahan sejenak dari minum air, karena air bisa memadamkan panasnya dzikir dari peleburan dosa dalam diri kita.
 sumber : Kitab Hidayatus Salikin oleh Syekh Abdus Samad Al Palembani